Minggu, 11 Agustus 2024

3.1.h Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 pengambilan Keputusan berbasis nilai nilai kebajikan sebagai pemimpin


 



Narasumber 1 dan 2

Andi Ahmad S.Pd

Kepala sekolah SMKN 1 Selayar, beliau mulai menjabat sebagai kepala sekolah di SMKN 1 Selayar mulai tanggal 31 Januari 2023 dengan jumlah siswa 823 orang. Lokasi SMK Negeri selayar, berada di jalan Pahlawan No. 31 Bonea benteng Utara selayar, SMK Negeri 1 Selayar memiliki 5 Jurusan yaitu Akuntansi, Perkantoran, Multi Media, TKJ, dan UPW 

Hj. Sri Samriana, S.Ag M.Si

 Kepala sekolah SLB Negeri Selayar, beliau mulai menjabat sebagai kepala sekolah di SLB Negeri Selayar mulai tanggal 31 Januari 2023 dengan jumlah siswa 59 orang dari tiga jenjang sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA, beliau juga adalah seorang Guru Penggerak mengikuti Program Guru Penggerak Angkatan 6

 

 

Tujuan Pembelajaran

 

CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.

 

Tujuan pembelajaran khusus

 

CCP mampu melakukan suatu analisa pada penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah sekitar lingkungan CGP

 

 Pendahuluan

 

 

Memasuki modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, pada program guru penggerak angkatan 10, tugas kali ini calon guru penggerak diarahkan untuk membuat tugas mewawancarai 2 atau 3 kepala Sekolah yang ada di sekitarnya. Pada kesempatan kali ini dengan mewawancarai kepala sekolah/pemimpin guna memahami dan menganalisa tentang praktik pengambilan keputusan selama ini di sekolah asal dan juga sekolah yang ada di lingkungannya. Hal ini diharapkan agar bisa menjadi pembelajaran bagi calon guru Penggerak. Adapun hasil wawancara ini nantinya akan dianalisis berdasarkan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam Modul ini. Hasil analisis tersebut nantinya akan menjadi refleksi atas praktik pengambilan keputusan ketika berada di posisi dilema etika baik itu di sekolah asal ataupun di sekolah di lingkungan terdekat dengan CGP. Tujuan pembelajaran khusus CCP mampu melakukan suatu analisa pada penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah sekitar lingkungan CGP

 

Daftar Panduan Wawancara Kepala Sekolah

 

 

  • ·  Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?
  • ·       Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
  • ·        Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
  • ·       Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
  • ·       Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
  • ·       Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
  • ·       Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
  • ·       Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

 

  Wawancara Narasumber 1

 

 

Kasus yang disampaikan oleh pak Andi Ahmad selaku kepala SMK Negeri 1 Selayar sebagai contoh penanganan dan pengambilan keputusan saat diwawancarai berkaitan dengan adanya siswa yang sengaja membolos dengan alasan membeli makan diluar area sekolah dengan alasan karena makanan yang di jual di kanting sekolah kurang enak. Kondisi tersebut diperparah oleh keadaan pagar sekolah yang rusak sehingga memudahkan akses untuk keluar masuk bagi siswa tanpa izin dari guru piket. Wawancara dilakukan di ruang terbuka berhubung ruangan kepala sekolah sedang dalam perbaikan pada hari Selasa tanggal 7 Agustus 2024 beliau menyambut baik diskusi bersama CGP tentang praktik pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Cara pak Andi panggilan akrab beliau dalam mengidentifikasi kasus-kasus yang terjadi di sekolah sepanjang kepemimpinan beliau, biasanya Pak Andi akan melakukan hal-hal seperti berikut: Mencari tahu data dan informasi dari berbagai pihak Memastikan siapa saja yang terkait Menentukan bobot kasusnya maksudnya bila Kasus untuk menentukan kebijakan keputusan Melakukan uji regulasi

 

Apabila terjadi kasus yang mengandung dua kepentingan yang sama-sama benar, seperti kasus anak membolos pada saat pembelajaran di sekolah sedang berlangsung tadi dengan alasan membeli makan diluar sekolah karena makanan yang di jual di kantin sekolah tidak sesuai dengan selera mereka. Cara yang diambil oleh Pak Andi dalam kepemimpinannya adalah beliau akan mengambil keputusan bijak sehingga anak tetap mendapatkan penanganan khusus. Adapun langkah-langkah Pak Andi lakukan dalam mengambil sebuah keputusan adalah dengan menganalisa kebermanfaatan dan kebaikan kedua belah pihak dalam kasus ini orang tua siswa dan sekolah mana keputusan itu bisa dipertanggungjawabkan. Hal-hal yang dianggap efektif oleh Pak Andi dalam mengambil sebuah keputusan adalah dengan menerapkan segitiga restitusi dalam mengidentifikasi masalah anak tersebut melibatkan kesiswaan serta guru BK bahkan orang tua dalam konferensi kasus Menurut Pak Andi tentang dalam menghadapi kasus adalah dilema etika pada kasus tersebut jika di lihat dari sudut kebenaran. Bahwa siswa tersebut tidak menyukai makanan yang ada di kantin sementara di satu sisi pagar sekolah memberikan akses yang mudah bagi merekan untuk keluar masuk area sekolah. Sementara untuk pagar sekolah adalah bagian dari sarana prasarana yang menjadi tanggung jawab sekolah.

 

Kasus dilema etika yang dialami oleh pak andi adalah prinsip berbasis rasa peraturan dengan paradigma jangka pendek melawan jangka panjang. Kenapa demikian karena menurut pak Andi ketika siswa keluar area sekolah dan tidak hadir dalam proses PBM dianggap melanggar tata tertib yang di tetapkan disekolah dan telah disepakati bersam dengan orang tua siswa. Dalam penyelesaian kasus dilema etika tersebut dan sebelum pengambilan keputusan Pak Andi membutuhkan waktu. Maksudnya dalam beberapa waktu Pak Andi  akan melihat perkembangan situasi dan kondisi menguji berbagai solusi hasil saran dari berbagai pihak yang dilibatkan, sampai pengambilan keputusan walaupun sebenarnya tidak ada waktu yang tepat ataupun baku untuk penyelesaian masalah dengan cepat dan tentunya lebih efektif dan tidak mengesampingkan prosedur. Pelibatan berbagai pihak seperti guru senior, kesiswaan Dan juga guru BK, wali kelas dan juga komite sekolah merupakan bagian cara untuk mempermudah dan membantu beliau dalam mengambil sebuah keputusan pada kasus dilema etika. Selain itu penerapan segitiga restitusi juga dapat membantu dalam penyelesaian masalah


Reflekasi Wawancara Narasumber 1

 

Pelajaran yang dapat saya ambil dari berbagi pengalaman mengambil keputusan oleh oleh pak Andi adalah sebagai seorang pemimpin harus memahami konteks masalah, memiliki data kasus dari berbagai sumber memiliki rasa peduli dan tanggung jawab, berpikir solutif dan adil dalam memahami regulasi. Selain itu juga seorang pemimpin harus memiliki keterampilan dalam berkoordinasi, komunikasi, dan berbagi strategi penyelesaian masalah 


 


 

Wawancara Narasumber 2

 

 

Kasus yang disampaikan oleh Ibu Sri Samriana selaku kepala SLB Negeri Selayar sebagai contoh penanganan dan pengambilan keputusan untuk masalah dilema etika yang terjadi disekolah. Saat diwawancarai berkaitan dengan adanya siswa yang siswa yang ingin masuk sekolah di SLB yang sudah memasuki usia 11 tahun namun di khawatirkan menganggu siswa yang terlebih dahulu sekolah di SLB apabila anak tersebut mulai dari kelas 1. Kondisi tersebut awalnya tidak diterima oleh pihak orang tua siswa karena mengingat anaknya sudah melewati usia anak sekolah. Wawancara dilakukan di ruang kepala sekolah pada hari Selasa tanggal 7 Agustus 2024 beliau menyambut baik diskusi bersama CGP terlebih karena beliau juga lulusan Program Guru Penggerak Angkatan 6 tentang praktik pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Cara Ibu Sri panggilan akrab beliau dalam mengidentifikasi kasus-kasus yang terjadi di sekolah sepanjang kepemimpinan beliau, biasanya Ibu Sri akan melakukan hal-hal seperti berikut: Mencari tahu data dan informasi dari berbagai pihak Memastikan siapa saja yang terkait Menentukan bobot kasusnya maksudnya bila Kasus untuk menentukan kebijakan keputusan Melakukan uji regulasi

 

Apabila terjadi kasus yang mengandung dua kepentingan yang sama-sama benar, seperti siswa yang sudah memasuki usia sekolah namun terlambat untuk didaftarkan di sekolah dengan mengambil alternatif siswa tersebut untuk sementara sekolah di pkbm dengan memberikan modul pembelajaran setelah masuk usia SMP barulah di terima di kelas 7. Cara yang diambil oleh Ibu Sri dalam kepemimpinannya adalah beliau akan mengambil keputusan bijak sehingga anak tetap mendapatkan penanganan sesuai dengan kasus yang dialami. Adapun langkah-langkah Ibu Sri lakukan dalam mengambil sebuah keputusan adalah dengan menganalisa kebermanfaatan dan kebaikan kedua belah pihak dalam kasus ini, orang tua siswa dan sekolah dimana keputusan itu bisa dipertanggungjawabkan. Hal-hal yang dianggap efektif oleh Ibu Sri dalam mengambil sebuah keputusan adalah dengan menerapkan kolaborasi dengan seluru guru yang ada di Sekolah SLB. Mulai dari pengumpulan data siswa usia sekolah namun putus sekolah serta alternatif yang bisa di berikan sebelum siswa tersebut di terima di sekolah SLB. Hal ini juga di lihat dari kemungkinan yang terjadi apa bila anak tersebut langsung di terima

 

Kasus dilema etika yang dialami oleh Ibu Sri adalah prinsip berbasis rasa Peduli dengan paradigma rasa kasihan melawan rasa keadilan lawan rasa kasihan. Kenapa demikian karena menurut Ibu Sri ketika kita menerima siswa tersebut maka otomatis beban pekerjaan guru pendampinya akan bertambah sebab beliau harus mengajari siswa tersebut dari awal sementara usianya sudah 11 tahu di takutkan akan menganggu siswa yang usianya lebih mudah sementara disatusisi ada program pemerintah mendata anak yang tidak sekolah padahal usianya sudah memasuki usia sekolah. Dalam penyelesaian kasus dilema etika tersebut dan sebelum pengambilan keputusan Ibu Sri membutuhkan waktu. Maksudnya dalam beberapa waktu Ibu Sri akan melihat perkembangan situasi dan kondisi menguji berbagai solusi hasil saran dari berbagai pihak yang dilibatkan, sampai pengambil


an keputusan walaupun sebenarnya tidak ada waktu yang tepat ataupun baku untuk penyelesaian masalah dengan cepat dan tentunya lebih efektif dan tidak mengesampingkan prosedur. Pelibatan berbagai pihak seperti guru senior, kesiswaan Dan juga  wali kelas dan juga komite sekolah merupakan bagian cara untuk mempermudah dan membantu beliau dalam mengambil sebuah keputusan pada kasus dilema etika. 

 

 

 Reflekasi Wawancara Narasumber 2

 

Pelajaran yang dapat saya ambil dari berbagi pengalaman mengambil keputusan oleh oleh Ibu Sri adalah sebagai seorang pemimpin harus memahami konteks masalah, memiliki data kasus dari berbagai sumber memiliki rasa peduli dan tanggung jawab, berpikir solutif dan adil dalam memahami regulasi. Selain itu juga seorang pemimpin harus memiliki keterampilan dalam berkoordinasi, komunikasi, dan berbagi strategi penyelesaian masalah

 

Daftar Tugas/Checklist Refleksi Wawancara: 

 

No.

Tugas

Ada (A)/

Tidak Ada (TA)

1.

Isi: Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?

Ada

2.

Isi: Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?

Ada

3.

Isi: Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?

Ada

4.

Isi: Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

Ada

5.

Teknis: Kejelasan suara/tulisan di video/blog naratif Anda, format apa yang akan gunakan, sudahkah Anda mengujinya/membacanya dan melihat hasilnya/membayangkan bila orang lain membaca tulisan Anda?

Ada

6.

Teknis: Durasi waktu/panjang tulisan, apakah sudah diuji untuk maksimal dan minimal waktu berbicara, atau apakah sudah ditinjau isi dan panjang tulisan Anda, dan kepadatan/intisari  materi yang Anda ingin sampaikan?

Ada

 

 

Hasil Analisa Wawancara

Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan? Sesuai hasil wawancara yang saya lakukan, para kepala sekolah tersebut melakukan pengambilan keputusan dengan : Yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi masalah Berdiskusi dengan seluruh komponen sekolah. Membuat keputusan yang berpihak pada siswa dengan bijaksana, bertanggung jawab, Hal-hal yang telah dilakukan oleh masing-masing kepala sekolah tersebut Menurut saya apa yang dilakukan oleh Kepala sekolah yang telah saya wawancarai sebetulnya sudah melaksanakan prinsip prinsip pengambilan keputusan yang bertanggung jawab seperti yang adal pada modul 3.1 antara lain memperhatikan empat paradigm dilema etika, tiga prinsip basis penyelesaian masalah dilema etika. 

Dalam langkah pengambilan keputusan sudah memuat langkah langkah pengambilan keputusan namun belum dilakukan secara runut dan lengkap akan tetapi tidak mengurangi proses uji hasil pengambilan keputusan Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan? Berdasarkan hasil wawancara ada beberapa persamaan : Melakukan identifikasi masalah, mengumpulkan fakta-fakta Melakukan diskusi dan komunikasi dengan berbagai pihak terutama yang terlibat dalam masalah Perbedaan dari kedua kepala sekolah dalam mengambil keputusan : Kepala sekolah pertama dalam pengambilan keputusan lebih cederung ke prinsip basis peraturan mengingat peraturan sekolah di buat bersama dan di sepakati bersama jadi resiko kurang tepat dalam pengambilan keputusan lebih di minialisir Kepala sekolah kedua sudah melakukan hampir semua 9 langkah dalam pengambilan keputusan, membuat keputusan yang berpihak kepada siswa dan bertanggungjawab Menurut saya yang lebih menonjol dalam membuat keputusan sesuai langkah-langkah pengambilan keputusan dalam teori di modul 3.1 adalah kepala sekolah pertama karena merupakan lulusan guru penggerak angkatan 4 sehingga telah mampu memahami dilemma etika dan penyelesaiannya. 

 Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?

Rencana kedepannya para pimpinan tersebut jika menghadapi permasalahan dilemma etika ataupun bujukan moral akan melakaukan tahapan-tahapan pengambilan keputusan sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan lebih lengkap termasuk pengujian dan investigasi opsi trilemma. Cara mengukur efektivitas pengambilan keputusan adalah dengan melakukan pengujian benar-salah, melakukan refleksi atas keputusan yang telah dibuat, serta meminta saran dan masukan dari pihak lain yang terkait dalam pengambilan keputusan tersebut.

Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

Saya akan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dalam setiap permasalah dilema etika baik ketika berhdapan dengan masalah murid maupun ketika ada kolega guru yang menemui masalah dilemma etika saya akan menawarkan mereka untuk mengambil keputusan sesuai 9 langkah pengambilan dan keputusan yang telah saya pelajari. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Kamis, 01 Agustus 2024

Ekplorasi Konsep - Forum diskusi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin


 

Kasus 1

    Pak Frans merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Frans dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai murid-muridnya. Suatu hari ia sedang mengajar di kelas 8A, guru piket tergopoh-gopoh tiba di depan kelasnya dan mengatakan ada ayahnya Andreas, salah satu murid di kelas 8A di ruang tamu sekolah. Guru piket mengatakan pada pak Frans bahwa ayahnya Andreas ingin menjemput Andreas dan memintanya untuk membantunya bekerja di ladang. Ia juga mengatakan bahwa ayah Andreas datang sambil marah-marah bahkan mengacung-acungkan parang.  Pak Frans pun memanggil Andreas dan mengatakan bahwa ia dijemput ayahnya pulang. Andreas langsung memohon sambil menangis agar Pak Frans tidak mengizinkan ia pulang bersama ayahnya. Andreas berkata ia ingin belajar di sekolah dan ia takut dimarah-marahi oleh ayahnya bila membantu ayahnya di ladang, bila melakukan kesalahan sedikit saja.  Pak Frans bimbang, antara memenuhi permintaan Andreas atau tidak.  Dalam situasi dan kondisi seperti itu, akhirnya Pak Frans memutuskan untuk membawa Andreas ke ruang kepala sekolah, dan meminta saran dari kepala sekolah.  Bila Anda adalah kepala sekolahnya, saran apa yang akan anda berikan pada Pak Frans, dan apa alasannya?

Analisis dilema etika pak frans adalah mengizinkan siwa tetap belajar atau pulang bersama ayahnya

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Jawab: Paradigma yang terjadi pada kasus 1 adalah keadilan lawan rasa kasihan dan nilai-nilai yang bertentangan dalam kasus tersebut adalah tanggung jawab dan kedisiplinan.

  1. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).

Dalam situasi kasus 1 tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan sekolah. justru pelanggaran hukum yang dilakukan orangtua dengan membawa senjata tajam (parang) kesekolah, saat menjemput anak.

Siswa tersebut merasa terancam oleh tingkah orangtuanya, anak merasa takut dan mengatakan jika dia diladang berbuat salah akan dimarahi ayahnya, selain itu terdapat pelanggaran hak asasi, anak dijemput ke sekolah saat jam pelajaran berlangsung untuk membantu bekerja di ladang, dalam kondisi emosional marah dan memegang senjata tajam (parang).

  1. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi).

Ada pelanggaran peraturan, yakni orang tua datang dengan membawa parang dengan emosi yang tidak terkontrol, dan menyuruh si anak pulang disaat anak masih melakukan proses pembelajaran di kelas.

  1. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi).

Pada situasi ini benar jika saya mengizinkan anak tetap belajar, dikarenakan anak berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan di sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, anak berhak mendapatkan perlindungan dari sekolah, terlebih situasi ini terjadi pada saat jam pembelajaran berlangsung dan masih dalam kondisi jam sekolah.

Saya merasa orang tua Andreas tidak memiliki pemahaman akan pentingnya anak untuk mendapatkan pendidikan dan yang bertanggungjawab penuh dalam bekerja adalah orang tua.

  1. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?

Jika keputusan yang saya ambil menjadi viral saya tetap tenang, saya nyaman, hal ini bisa menjadi pemahaman untuk orang tua lainnya, bahwasanya diperlukannya sopan santun dalam bersikap dan tidak seenaknya saja melanggar hak asasi anak, walaupun anak kandung sendiri.

Anak bukanlah sapi perah yang bisa dipekerjakan kapan saja sesuai kemauan orang tua.

  1. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

Pada situasi ini, saya memiliki keyakinan keputusan yang saya ambil akan didukung oleh panutan saya, dikarenakan keputusan yang saya ambil bukanlah tanpa sebab.

Karena bagi panutan saya, anak merupakan seorang insan yang perlu mendapatkan perlindungan dan hak sebagai manusia (rasa kasih sayang, pendidikan).

  1. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Ide kreatif yang muncul, yakni melakukan coaching, dengan karakter keras yang dimiliki oleh ayahnya, saya selaku guru berkewajiban memberikan pendampingan dan menengahi permasalahan yang selama ini dialami oleh Andreas, sehingga Andreas tidak lagi terbebani oleh sikap orang tuanya, dan orang tua Andreas dapat memahami bahwasanya tindakan yang diambilnya tidak tepat dan bisa menyelesaikan permasalahannya dengan solusi yang ada tentunya.

  1. Apa keputusan yang Anda ambil?

Saya mengambil keputusan bahwa Andreas harus tetap belajar, dan berbicara dengan orang tuanya dengan hati tenang dan senyuman, memberikan pengarahan akan pentingnya pendidikan untuk Andreas.

Selain itu juga menjelaskan akan hak asasi untuk anak sebagai manusia, makhluk yang bermasyarakat dan bernegara.

  1. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa?

Saya mengambil prinsip berpikir berbasis peraturan karena dalam melaksanakan tugas ataupun kewajiban kita selalu hendaknya berpedoman pada peraturan yang ada.

 

Kasus 3

4 hari lagi adalah hari pembagian rapor Semester 1 di SMA Penggerak Bangsa. Sebelumnya, semua guru telah menyerahkan daftar nilai murid-murid pada pelajaran yang diampunya pada kepala sekolah, Ibu Rosdiana. Ibu Rosdiana adalah Kepala Sekolah yang baru bertugas di SMA Penggerak Bangsa di tahun ajaran ini. 

Hari ini Ibu Rosdiana mengadakan rapat guru.  Ia membuka pertemuan dengan berterima kasih atas kerja keras para guru dalam mengajar murid-murid selama ini dan juga telah mengumpulkan nilai rapor dengan tepat waktu. Kemudian ia menyampaikan bahwa secara umum, nilai rapor yang diberikan oleh guru-guru terlalu rendah dan tidak mencukupi untuk mendukung murid-murid masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur nilai rapor atau jalur tanpa tes. Ia dengan tegas menyatakan, kalau nilai rapor tetap seperti itu, maka murid-murid SMA Penggerak Bangsa sampai kapan pun tidak pernah bisa diterima di PTN dengan jalur nilai rapor. Ia juga menyatakan bahwa salah satu target kerjanya di SMA Penggerak Bangsa adalah membuat 25% murid diterima di PTN dengan jalur rapor. Oleh karena itu, sejak murid-murid di kelas 10, nilai rapor mereka harus dibuat baik, dan menunjukkan grafik peningkatan.

Ibu Rosdiana akhirnya meminta guru-guru untuk menaikkan nilai murid-murid 10 poin, maka bila nilai murid 70 maka akan menjadi 80, dan seterusnya, demi membantu masa depan murid-murid, dan juga demi nama baik sekolah agar kepercayaan masyarakat meningkat bila banyak murid-murid sekolah ini yang diterima di PTN dengan jalur nilai rapor. 

Bila Anda berada di posisi Ibu Rosdiana, apakah Anda akan melakukan hal yang sama atau berbeda? Apa alasannya?

Dilema etika  ibu rosdiana adalah nilai siswa yang tidak memenuhi standar untuk bisa lolos di perguruan tinggi lewat jalur nilai raport

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Paradigma dilema etika ibu rosdiana adalah Kebenaran lawan Kesetiaan, dimana ibu rosdiana meminta guru untuk memanifulasi nilai yang sebenarnya

  1. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).

Unsur pelanggarannya tidak ada karena menurut saya pemberian nilai disini adalah hak guru yang mengampu mata pelajaran

  1. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi).

Ada pelanggaran karena dalam hal ini guru di suruh melakukan pengakuan palsu terhadap nilai siswa yang sebenarnya

  1. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi). Saya merasa ada yang salah dengan penyampaian ibu rosdiana seharusnya dia mengajak guru guru untuk melakukan inovasi membuat kegiatan yang lebih variatif untuk memberikan nilai tambah pada siswa
  2. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?

Jika sampai masalah ini menjadi viral di media sosial saya akan merasa malu karena siswa bisa lulus dengan nilai yang tidak sebenarnya dan ini bisa berdapak saat siswa tersebut kuliah

  1. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

Keputusan panutan saya bisa jadi akan dijadikan alternatif pilihan lain oleh ibu rosdiana bagaimana caranya siswa mendapat nilai tambah dari guru dengan melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat

  1. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Ide yang mucul untuk penyelesaian tersebut yakni memberikan opsi kepada siswa tentang cara mendapatkan nilai tambah selain dari pembelajaran, selanjutnya memberikan sosialisasi kepada siswa syarat nilai yang harus dicapai agar bisa lolos di perguruan tinggi

  1. Apa keputusan yang Anda ambil?

Saya mengambil keputusan adalah saya mensosialisasikan tentang nilai yang mereka capai agar bisa lolos di perguruan tinggi, dan beberapa jalur seleksi yang bisa mereka ikuti untuk bisa lolos di perguruan tinggi

  1. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa?

Saya mengambil prinsip berpikir berbasis peraturan karena dalam melaksanakan tugas ataupun kewajiban kita selalu hendaknya berpedoman pada peraturan yang ada.