Kamis, 01 Agustus 2024

Ekplorasi Konsep - Forum diskusi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin


 

Kasus 1

    Pak Frans merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Frans dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai murid-muridnya. Suatu hari ia sedang mengajar di kelas 8A, guru piket tergopoh-gopoh tiba di depan kelasnya dan mengatakan ada ayahnya Andreas, salah satu murid di kelas 8A di ruang tamu sekolah. Guru piket mengatakan pada pak Frans bahwa ayahnya Andreas ingin menjemput Andreas dan memintanya untuk membantunya bekerja di ladang. Ia juga mengatakan bahwa ayah Andreas datang sambil marah-marah bahkan mengacung-acungkan parang.  Pak Frans pun memanggil Andreas dan mengatakan bahwa ia dijemput ayahnya pulang. Andreas langsung memohon sambil menangis agar Pak Frans tidak mengizinkan ia pulang bersama ayahnya. Andreas berkata ia ingin belajar di sekolah dan ia takut dimarah-marahi oleh ayahnya bila membantu ayahnya di ladang, bila melakukan kesalahan sedikit saja.  Pak Frans bimbang, antara memenuhi permintaan Andreas atau tidak.  Dalam situasi dan kondisi seperti itu, akhirnya Pak Frans memutuskan untuk membawa Andreas ke ruang kepala sekolah, dan meminta saran dari kepala sekolah.  Bila Anda adalah kepala sekolahnya, saran apa yang akan anda berikan pada Pak Frans, dan apa alasannya?

Analisis dilema etika pak frans adalah mengizinkan siwa tetap belajar atau pulang bersama ayahnya

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Jawab: Paradigma yang terjadi pada kasus 1 adalah keadilan lawan rasa kasihan dan nilai-nilai yang bertentangan dalam kasus tersebut adalah tanggung jawab dan kedisiplinan.

  1. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).

Dalam situasi kasus 1 tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan sekolah. justru pelanggaran hukum yang dilakukan orangtua dengan membawa senjata tajam (parang) kesekolah, saat menjemput anak.

Siswa tersebut merasa terancam oleh tingkah orangtuanya, anak merasa takut dan mengatakan jika dia diladang berbuat salah akan dimarahi ayahnya, selain itu terdapat pelanggaran hak asasi, anak dijemput ke sekolah saat jam pelajaran berlangsung untuk membantu bekerja di ladang, dalam kondisi emosional marah dan memegang senjata tajam (parang).

  1. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi).

Ada pelanggaran peraturan, yakni orang tua datang dengan membawa parang dengan emosi yang tidak terkontrol, dan menyuruh si anak pulang disaat anak masih melakukan proses pembelajaran di kelas.

  1. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi).

Pada situasi ini benar jika saya mengizinkan anak tetap belajar, dikarenakan anak berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan di sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, anak berhak mendapatkan perlindungan dari sekolah, terlebih situasi ini terjadi pada saat jam pembelajaran berlangsung dan masih dalam kondisi jam sekolah.

Saya merasa orang tua Andreas tidak memiliki pemahaman akan pentingnya anak untuk mendapatkan pendidikan dan yang bertanggungjawab penuh dalam bekerja adalah orang tua.

  1. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?

Jika keputusan yang saya ambil menjadi viral saya tetap tenang, saya nyaman, hal ini bisa menjadi pemahaman untuk orang tua lainnya, bahwasanya diperlukannya sopan santun dalam bersikap dan tidak seenaknya saja melanggar hak asasi anak, walaupun anak kandung sendiri.

Anak bukanlah sapi perah yang bisa dipekerjakan kapan saja sesuai kemauan orang tua.

  1. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

Pada situasi ini, saya memiliki keyakinan keputusan yang saya ambil akan didukung oleh panutan saya, dikarenakan keputusan yang saya ambil bukanlah tanpa sebab.

Karena bagi panutan saya, anak merupakan seorang insan yang perlu mendapatkan perlindungan dan hak sebagai manusia (rasa kasih sayang, pendidikan).

  1. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Ide kreatif yang muncul, yakni melakukan coaching, dengan karakter keras yang dimiliki oleh ayahnya, saya selaku guru berkewajiban memberikan pendampingan dan menengahi permasalahan yang selama ini dialami oleh Andreas, sehingga Andreas tidak lagi terbebani oleh sikap orang tuanya, dan orang tua Andreas dapat memahami bahwasanya tindakan yang diambilnya tidak tepat dan bisa menyelesaikan permasalahannya dengan solusi yang ada tentunya.

  1. Apa keputusan yang Anda ambil?

Saya mengambil keputusan bahwa Andreas harus tetap belajar, dan berbicara dengan orang tuanya dengan hati tenang dan senyuman, memberikan pengarahan akan pentingnya pendidikan untuk Andreas.

Selain itu juga menjelaskan akan hak asasi untuk anak sebagai manusia, makhluk yang bermasyarakat dan bernegara.

  1. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa?

Saya mengambil prinsip berpikir berbasis peraturan karena dalam melaksanakan tugas ataupun kewajiban kita selalu hendaknya berpedoman pada peraturan yang ada.

 

Kasus 3

4 hari lagi adalah hari pembagian rapor Semester 1 di SMA Penggerak Bangsa. Sebelumnya, semua guru telah menyerahkan daftar nilai murid-murid pada pelajaran yang diampunya pada kepala sekolah, Ibu Rosdiana. Ibu Rosdiana adalah Kepala Sekolah yang baru bertugas di SMA Penggerak Bangsa di tahun ajaran ini. 

Hari ini Ibu Rosdiana mengadakan rapat guru.  Ia membuka pertemuan dengan berterima kasih atas kerja keras para guru dalam mengajar murid-murid selama ini dan juga telah mengumpulkan nilai rapor dengan tepat waktu. Kemudian ia menyampaikan bahwa secara umum, nilai rapor yang diberikan oleh guru-guru terlalu rendah dan tidak mencukupi untuk mendukung murid-murid masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur nilai rapor atau jalur tanpa tes. Ia dengan tegas menyatakan, kalau nilai rapor tetap seperti itu, maka murid-murid SMA Penggerak Bangsa sampai kapan pun tidak pernah bisa diterima di PTN dengan jalur nilai rapor. Ia juga menyatakan bahwa salah satu target kerjanya di SMA Penggerak Bangsa adalah membuat 25% murid diterima di PTN dengan jalur rapor. Oleh karena itu, sejak murid-murid di kelas 10, nilai rapor mereka harus dibuat baik, dan menunjukkan grafik peningkatan.

Ibu Rosdiana akhirnya meminta guru-guru untuk menaikkan nilai murid-murid 10 poin, maka bila nilai murid 70 maka akan menjadi 80, dan seterusnya, demi membantu masa depan murid-murid, dan juga demi nama baik sekolah agar kepercayaan masyarakat meningkat bila banyak murid-murid sekolah ini yang diterima di PTN dengan jalur nilai rapor. 

Bila Anda berada di posisi Ibu Rosdiana, apakah Anda akan melakukan hal yang sama atau berbeda? Apa alasannya?

Dilema etika  ibu rosdiana adalah nilai siswa yang tidak memenuhi standar untuk bisa lolos di perguruan tinggi lewat jalur nilai raport

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Paradigma dilema etika ibu rosdiana adalah Kebenaran lawan Kesetiaan, dimana ibu rosdiana meminta guru untuk memanifulasi nilai yang sebenarnya

  1. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).

Unsur pelanggarannya tidak ada karena menurut saya pemberian nilai disini adalah hak guru yang mengampu mata pelajaran

  1. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi).

Ada pelanggaran karena dalam hal ini guru di suruh melakukan pengakuan palsu terhadap nilai siswa yang sebenarnya

  1. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi). Saya merasa ada yang salah dengan penyampaian ibu rosdiana seharusnya dia mengajak guru guru untuk melakukan inovasi membuat kegiatan yang lebih variatif untuk memberikan nilai tambah pada siswa
  2. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?

Jika sampai masalah ini menjadi viral di media sosial saya akan merasa malu karena siswa bisa lulus dengan nilai yang tidak sebenarnya dan ini bisa berdapak saat siswa tersebut kuliah

  1. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

Keputusan panutan saya bisa jadi akan dijadikan alternatif pilihan lain oleh ibu rosdiana bagaimana caranya siswa mendapat nilai tambah dari guru dengan melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat

  1. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Ide yang mucul untuk penyelesaian tersebut yakni memberikan opsi kepada siswa tentang cara mendapatkan nilai tambah selain dari pembelajaran, selanjutnya memberikan sosialisasi kepada siswa syarat nilai yang harus dicapai agar bisa lolos di perguruan tinggi

  1. Apa keputusan yang Anda ambil?

Saya mengambil keputusan adalah saya mensosialisasikan tentang nilai yang mereka capai agar bisa lolos di perguruan tinggi, dan beberapa jalur seleksi yang bisa mereka ikuti untuk bisa lolos di perguruan tinggi

  1. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa?

Saya mengambil prinsip berpikir berbasis peraturan karena dalam melaksanakan tugas ataupun kewajiban kita selalu hendaknya berpedoman pada peraturan yang ada.

 

 

Tidak ada komentar: