IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF
DI SEKOLAH MELALUI KEYAKINAN KELAS DI
SMKN 1
SELAYAR
Oleh : Nur Dinawati, S.Pd, Gr Calon Guru Penggerak Angkatan 10
SMK Negeri 1 Selayar – Sulawesi Selatan
A. LATAR
BELAKANG
Maksud pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun
segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun
anggota masyarakat, dengan kata lain seorang pendidik itu hanya dapat menuntun
tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
kekuatan kodrat anak, ibarat seorang petani yang menanam
jagung misalnya, hanya dapat menuntun
tumbuhnya jagung, ia dapat
memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air,
membasmi ulat-ulat
atau jamur-jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi dan lain
sebagainya.
Seorang
anak bukanlah seperti kertas kosong
(teori tabularasa oleh John
Locke, mengungkapkan bahwa
anak lahir ibarat
sebuah 'kertas kosong'
yang mana
membutuhkan orang dewasa untuk
mengisi dan mewarnainya) tetapi anak telah
membawa kekuatan kodrat dan potensi baiknya masing-masing yang masih bergaris
halus, seorang pendidik bertugas menebalkan garis tersebut, menuntun
dan menguatkan potensi-potensi
kebaikan yang dimiliki seorang
anak.
Banyak
cara atau metode
yang dapat dilakukan seorang pendidik dalam
menuntun kekuatan kodrat anak
“…kita ambil contoh perbandingannya
dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam
padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya
padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi
pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup
tanaman padi dan lain sebagainya.” maka seorang pendidik dapat melakukan hal seperti itu melalui lingkup peran dan nilai sebagai seorang guru penggerak yaitu berperan menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar
guru, menjadi coach bagi guru lain, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Utamanya peran kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh
kembang peserta didik secara holistic, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang
berpusat kepada peserta
didik (merdeka belajar) serta menjadi teladan
dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Tentunya dalam menjalankan peran tersebut seorang
guru harus mempunyai nilai-nilai
keberpihakan pada murid,
mandiri, kolaboratif, reflektif
dan inovatif.
Dimensi profil Pancasila meliputi 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa dan berakhlak mulia;
2) Mandiri; 3) Bergotong-royong;
4) Berkebinekaan global;
5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Dimensi tersebut
merupakan suatu karakter
yang sangat dibutuhkan oleh insan
Indonesia sebagai
tujuan pendidikan nasional sehingga
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang bermartabat di mata dunia.
Dimensi profil pelajar Pancasila merupakan
budaya positif yang harus tumbuh
menjadi karakter semua warga sekolah. Karakter budaya
positif tersebut dapat terwujud apabila diterapkan
disiplin positif . Menurut KHD “dimana ada kemerdekaan, disitulah
harus ada disiplin
yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat
”self discipline” yaitu kita sendiri
yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama
saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah
penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan
demikian itulah harus ada
di dalam suasana yang
merdeka.
Budaya Positif di sekolah ialah nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan,
dan kebiasaan- kebiasaan
di sekolah yang berpihak pada
murid agar murid dapat berkembang menjadi
pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Diperlukan perubahan paradigma yaitu melakukan perubahan positif mulai dari diri kita sendiri (guru) yang menjadi tauladan
dan menciptakan suasana
kelas yang nyaman, kondusif, indah, bersih,
meyenangkan dalam mendukung proses belajar mengajar
Upaya dalam menanamkan budaya
positif di sekolah, guru memiliki peran sentral yaitu posisi kontrol guru sebagai manajer
dalam meningkatkan kreativitas belajar
siswa membentuk
budaya positif. Guru juga berperan sebagai motivator dan inspirator dalam
menumbuhkan budaya
positif sehingga nantinya guru
akan menjadi “ing ngarsa sung tuladha” dan menjadi agen transformasi perubahan.
Dalam menciptakan budaya
positif, guru tentunya harus bekerjasama / kolaborasi dengan ekosistem sekolah dalam
hal ini kepala sekolah,
rekan-rekan guru dan juga murid serta melibatkan orangtua
dan masyarakat sekitar.
B. TUJUAN
1. Menumbuhkan
budaya
positif dengan menanamkan
nilai
kebajikan dan keyakinan
dan
kesepakatan kelas yang sudah di
buat
2. Menumbuhkan
nilai
- nilai Profil pelajar pancasila pada diri
peserta didik dalam
proses pembelajaran
3. Memahami konsep
posisi control
sebagai pendidik
4. Memahami konsep kebutuhan dasar
manusia
5. Memahami penerapan segitiga
restitusi
6. Meningkatkan
keberanian dan rasa percaya
diri murid untuk mengemukakan
pendapat mengenai
gambaran kelas yang diinginkan
7. Menumbuhkan motivasi intrinsik
murid
8. Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada
murid
9. Menumbuhkan budi pekerti
yang baik (tanggung jawab, disipilin,
dan komitmen)
10. Mengajarkan
murid mencari solusi dari
suatu permasalahan
C. TOLOK UKUR
1. Peserta didik mampu membuat
kesepakatan
dan keyakinan kelas sesuai dengan
nilai
- nilai Profil Pelajar Pancasila
2. Peserta didik mampu menjalankan
kesepakatan yang telah dibuat dengan penuh
tanggung
jawab
3. Peserta didik mampu menentukan solusi dari
permasalahan yang dihadapinya
4. Peserta didik mampu menunjukkan
perubahan perilaku sebagai
pembelajaran atas
masalah yang pernah dihadapinya
5. Peserta didik dan guru mampu melaksanakan
budaya positif (keyakinan
kelas dan
segitiga restitusi)
secara konsisten
D. LINIMASA TINDAKAN
- Meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk melakukan sosialisasi
- Melakukan sosialisasi kepada warga sekolah terkait budaya positif, kesepakatan
- kelas dan Profil pelajar Pancasila
- Menjelaskan pengertian dan manfaat kesepakatan kelas
- Guru berkolaborasi dengan peserta didik membuat kesepakatan (keyakinan) kelas
- Menumbuhkan dan menanamkan pembiasaan nilai - nilai Profil Pelajar Pancasila
- Menjadikan kesepakatan kelas menjadi pembiasaan positif dan aksi nyata di kelas
- atau di lingkungan sekolah
- Memasang keyakinan kelas
- Mempraktikkan segitiga restitusi
- Menerapkan keyakinan dan restitusi secara berkelanjutan dan konsisten
E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
- Kerja sama Orang tua di rumah sebagai lingkungan pertama untuk menerapkan budaya positif siswa
- Warga sekolah sebagai teladan dalam menerapkan budaya positif di lingkungan sekolah
- Sarana dan prasarana yang mendukung untuk menumbuhkan budaya positif disekolah
- Kerjasama Kepala Sekolah, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan untuk dapat Bersama-sama berupaya konsisten dalam menerapkan budaya positif
F. DESKRIPSI
AKSI
NYATA
Untuk
dapat
terlaksana aksi nyata ini
langkah pertama yang kami lakukan adalah
kami
menyampaikan rencana Diseminasi Budaya
Positif yang diajukan oleh CGP SMK
Negeri 1 Selayar. Selanjutnya kami mempersiapkan
kegiatan diseminasi
yang meliputi, materi
dalam
bentuk power point,
undangan, daftar hadir, dan lain
– lain.
Kami juga melakukan koordinasi dengan
tim terkait diantaranya tim sarana prasarana,
tim multimedia, tim
konsumsi, dan lain –
lain.
Sasaran Diseminasi Budaya Positif
ini adalah Bapak Ibu Guru Tenaga Pendidik
dan Kependidikan
SMK Negeri 1 Selayar sejumlah
76 orang dan dihadiri oleh
Ibu Wakasek Humas SMK Negeri
1 Selayar.
Kegiatan Diseminasi Budaya Positif
dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Juni 2024 dan dihadiri oleh
kepala sekolah dan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam sambutannya, kepala sekolah
menyampaikan bahwa Diseminasi Budaya Positif merupakan kegiatan
berbagi praktik
baik yang dilakukan oleh CGP SMK Negeri 1 Selayar. Yang harapannya dapat mengimplementasikan Budaya Positif
di SMK
Negeri 1 Selayar. Kepala Sekolah
juga
menyampaikan akan terus mendukung apabila ke depannya kami dari CGP
akan ada kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan pengembangan pembelajaran. Peserta
seminar antusias menyimak materi
seminar hingga seluruh materi
selesai disampaikan oleh CGP Angkatan 10
dari SMK Negeri 1 Selayar
G.
HASIL DARI AKSI NYATA
Rangkaian kegiatan
Aksi Nyata dalam Diseminasi
Budaya Positif yang dilakukan
oleh CGP SMK
Negeri 1 Selayar menghasilkan
pemahaman dari pendidik dan tenaga pendidik di sekolah mengenai implementasi Budaya Positif di
sekolah, khususnya dalam penyusunan
keyakinan kelas dan restitusi.
Sehingga akan tercipta pembelajaran yang nyaman
dan
menyenangkan serta berpihak pada murid.
H. PEMBELAJARAN YANG
DI DAPAT DARI
AKSI
NYATA
Hal
yang kami dapatkan dalam kegiatan Diseminasi
Budaya Positif adalah kolaborasi. Kami CGP dari
SMK Negeri 1 Selayar sebanyak 4 orang
terus bekerja sama dan
berkolaborasi untuk dapat terlaksananya kegiatan Diseminasi ini.
Yang harapan kedepannya kami
juga dapat berkolaborasi dengan semua
stakeholder sekolah untuk
terus dapat mengimplementasikan
Budaya Positif di SMK
Negeri 1 Selayar.
Seluruh warga
sekolah harus terus berkolaborasi dalam
mewujudkan visi
dan misi sebagai
prakarsa perubahan dalam menguatkan karakter
positif dalam mencetak
generasi yang berjiwa
Profil Pelajar Pancasila
I. RENCANA PERBAIKAN
menyenangkan dan berpihak pada siswa demi dapat “menuntun” siswa agar dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zama. Besar harapan kami akan terus adanya perbaikan dalam mengimplementasikan Budaya Positif di sekolah. Kami terus melakukan kolaborasi bersama Kepala Sekolah, teman CGP SMK Negeri 1 Selayar dan seluruh Bapak Ibu guru SMK Negeri 1 Selayar, mengikuti pelatihan serta belajar mandiri dari berbagai sumber terkait pengembangan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Serta berupaya terus dapat mengimplementasikan Budaya Positif di sekolah melalui keyakinan kelas demi terwujudnya visi dan misi dalam mencetak generasi yang berjiwa profil pelajar pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar