Selasa, 04 Juni 2024

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif Nur Dinawati CGP A 10 Kelas 001

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Perkenalkan saya Nur Dinawati, CGP Angkatan 10 dari Kab. Kep. Selayar Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan koneksi antar materi modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 tentang visi guru penggerak dan modul 1.4 tentang budaya positif. Narasi tentang koneksi antar materi ini dipandu dengan pertanyaan yang tercetak tebal sebagai pertanyaan pemantiknya. Simak dengan baik pemaparannya berikut ini:

.

A. Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak. 

Jawaban : Dalam penerapan di sekolah saya mencoba untuk memulai dari diri dengan menerapkannya di dalam kelas dengan membuat kesepakatan kelas dengan mengidentifikasi nilai disiplin positif didalamnya. Ditambah dengan mencoba untuk menjadi manajer dengan mempersilahkan murid untuk bertanggung jawab atas perilakunya dan mencari solusinya sendiri. Sehingga saya mencoba untuk menghilangkan motivasi hukuman dan penghargaan diganti dengan konsekuensi dan apresiasi dengan menerapkan segitiga restitusi sebelumnya. Semua itu berkaitan dengan filosofi pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa pendidikan menuntun tumbuh kembang peserta didik agar semakin baik budi pekertinya dan menggali potensi mereka untuk dapat keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai individu atau anggota masyarakat. Serta sebagai guru untuk dapat menciptakan budaya positif kita harus terus belajar mandiri, kolaboratif, reflektif,inovatif, berpihak pada murid,  serta memiliki semangat pantang menyerah sesuai dengan nilai guru penggerak yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dalam menciptakan semua tujuan itu maka harus ada prakarsa perubahan yang harus dimiliki oleh seorang guru yang mana tahapan yang digunakan haruslah menggunakan tahapan BAGJA dari teori inkuiri apresiatif. Dan untuk mewujudkan rancangan tahapan bagja maka dibentuklah Budaya positif di sekolah untuk meningkatkan motivasi intrinsik agar warga sekolah memiliki kesadaran dan juga kemauan untuk melakukan perubahan secara mandiri tanpa konrol paksaan, sehingga tercipta kolaborasi untuk mewujudkan visi sekolah

B. Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Jawaban :

Refleksi dari pemahaman saya atas keseluruhan materi Modul 1.4 Budaya Positif 

Pada modul disiplin positif menjadi perhatian saya adalah ketika menemukan bahwa merubah peraturan menjadi keyakinan adalah sesuatu yang menyenangkan bagi murid dan guru. Dengan memahami nilai kebajikan dari keyakinan yang dibuat menjadi lebih mudah untuk menyadari betapa penting akan keyakinan yang dibuat. Hasilnya setiap keyakinan memiliki nilai yang bermanfaat bagi kenyamanan dan keamana peserta didik saat berada di lingkungan sekolah.

Berikutnya pada modul teori kontrol dan posisi kontrol sebagai guru kita diharapkan bisa menjadi manajer. Sehingga sebagai guru harus dapat menuntun murid untuk dapat mempertanggungjawabkan perilakunya dan menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Dimana saya merasa selama ini posisi saya lebih banyak menjadi penghukum, pembuat rasa bersalah dan teman.

Selanjutnya pada modul teori motivasi saya menyadari bahwa masih banyak motivasi diri saya berdasarkan hanya untuk menghindari rasa ketidaknyamanan atau hukuman. Sehingga tidak hasilnya lebih sering tidak memenuhi atas kekurangan saya. Begitu juga dengan peserta didik yang saya temui selama ini yang secara tidak sadar bahwa perilaku mereka hanya untuk menghindari perasaan ketidaknyamanan dan hukuman. Karena banyak dari mereka tidak melakukan jika tanpa pengawasan. Sehingga motivasi ektrinsik lebih mendominasi dari pada motivasi intrinsik.

Kemudian pada modul hukuman dan penghargaan saya akhirnya mengetahui bahwa kenapa hukuman dan penghargaan selama ini mulai di hilangkan di sekolah. Ternyata hukuman dan penghargaan akan menciptakan motivasi dari luar atau ekstrinsik, sedangkan manusia akan lebih menghargai dan memaknai sebuah motivasi jika berasal dari dalam diri mereka sendiri atau instrinsik.

Pada modul kebutuhan dasar manusia saya menyadari bahwa setiap manusia Terdapat 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu Kebutuhan bertahan hidup, Kasih sayang dan Rasa Diterima, Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan), Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan), dan Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang). Semua itu secara tidak sadar pasti semua manusia membutuhkannya. Sehingga hal itu juga harus menjadi perhatian kita sebagai orang dewasa untuk memahami keadaan peserta didik guna mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah.

Lalu pada modul keyakinan kelas saya sebagai guru terbantu dalam menyusun keyakinan kelas yang selama ini memahami bahwa keyakinan kelas itu sama dengan peraturan kelas. Sehingga ketika memahami apa itu keyakinan kelas saya menyadari bahwa keyakinan kelas lebih bermanfaat dari pada peraturan. Mengapa demikian karena saya menyadari bahwa keyakinan kelas itu terbetuk dari nilai-nilai positif yang dimiliki oleh peserta didik

Terakhir pada modul segitiga restitusi saya menemukan hal menarik bahwa dengan tahapan dalam segitiga restitusi lebih memanusiakan manusia. Dimana dengan segitiga restitusi kita dapat lebih menggali dan menanamkan nilai-nilai yang benar-benar dibutuhkan oleh murid. Sehingga mereka sendiri dapat menemukan solusi terbaik bagi dirinya. Semua itu sesuai dengan teori Ki Hajar Dewantara terkait dengan pendidikan yang berpihak pada peserta didik. Dan menurut saya segitiga restitusi ini merupakan langkah penyelesaian awal untuk sebuah masalah sebelum dilimpahkan ke guru BK

Informasi yang saya peroleh dari modul 1.4 linier dengan pemahaman pada materi sebelumnya, dimana untuk mewujudkan pemikiran KHD dapat menerapkan informasi dalam materi budaya positif, nilai dan peran guru penggerak dapat terwujud dengan dukungan dari penerapan budaya positif.

 

Hal yang menarik dan di luar dugaan

a. Saya paham dan pernah melakukan pengamatan langsung pada siswa yang di hukum atau di beri penghargaan ternyata tidak memberikan efek perubahan pada siswa

b. Ada lima posisi kontrol guru dalam menangani siswa yang bermasalah. Dan dari kelima posisi kontrol itu saya dominan pada posisi sebagai teman, siswa sangat dekat dengan saya dan leluasa meminta apa saja seakan saya sama seperti mereka

c. Dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia, kita bisa memetakan motivasi yang dilakukan seorang siswa saat ia berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan sekolah. 

d. belajar membedakan antara keyakinan kelas dengan aturan kelas.

e. segitiga restitusia adalah hal baru bagi saya selama ini ketika saya menyelesaikan masalah saya menggunakan pendekatan yang telah saya pelajari di bangku kuliah, namun hal yang membedakan adalah ketika saya menggunakan pendekatan itu memerlukan waktu yang lama namun ada perubahan, sedangkan jika menggunakan cara segitiga restitusi prosesnya cepat dan bersifat segera jika setelah melakukan hal tersebut belum ada perubahan saya anggap siswa bersangkutan perlu pendekatan yang lebih maka bisa dilanjutkan dengan memberikan konseling dengan menggunakan beberapa pendekatan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.

2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Jawaban : Perubahan yang terjadi setelah mempelajari modul budaya positif yaitu memperbaiki kesalahan dalam mendidik peserta didik di sekolah, kita tahu bahwa pasti setiap hari akan ada anak yang berbuat salah dan kesalahan itu memiliki tujuan apa bila dipadang dari sudut 5 kebutuhan dasar manusia. Kita sebagai guru harus tau bahwa kesalahan yang diperbuat oleh anak tersebut dapat diperbaiki melalui penerapan budaya positif dengan mengunakan Segitigas restitusi. Jadi sebagai seorang pendidik harus bisa memahami kebutuhan dasar anak terlebih dahulu supaya bisa dicari akar permasalahan si anak tersebut melakukan kesalahan.

Selain itu budaya positif harus segera diterapkan karena dengan kita menerapkan budaya positif tujuan pendidikan dapat segera terwujud, tentunya hal ini harus dibarengi dengan kesadaran dari seluruh warga sekolah, poin utama pada penerapan budaya positif yaitu dimulai dari menciptkan kebiasaan positif yang akan berdampak pada terciptanya budaya positif di sekolah.

 

3. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Jawaban : Pengalaman yang saya alami terkait penerapan budaya positif yaitu rasa keinginan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan penerapan budaya positif, namun seringkali masalah tersebut berbenturan dengan aturan sekolah yang menurut pendapat saya kita tidak bisa menerapkan segitiga restitusi pada kasus – kasus tertentu. Semisal, anak yang terlibat criminal, apakah cukup dengan menerapkan segitiga restitusi? Hal inilah yang akan saya bangun dengan menyadarkan seluruh komponen warga sekolah untuk bertindak prefentif dalam menekan masalah yang timbul di sekolah. Saya berkeinginan untuk memposisikan diri sebagai manager, namun kebiasaan dan budaya disekolah saat ini masih menerapkan hukuman sebagai tindakan yang paling efektif dalam menerapkan kedisiplinan pada peserta didik.

4. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Jawaban :Perasaan saya selama ini dalam mendisiplinkan siswa masih berada pada tingkatan sebagai penghukum dalam posisi kontrol. Saya memiliki keinginan untuk memposisikan diri sebagai seorang manager, berusaha memperbaiki kesalahan yang sudah saya lakukan pada waktu sebelumnya. Dengan menempatkan diri sebagai seorang manager rasanya bahagia ketika kita mampu mendisiplinkan anak sesuai dengan langkah terbaik supaya siswa memiliki nilai budaya positif dari dalam dirinya, bukan bersikap disiplin karena ada stimulus atau rangsangan dari luar. Perasaan saya lebih tertantang untuk mengimplementasikan posisi sebagai pendidik sebagai menejer dan menerangkan segitiga restitusi dalam meyelesaikan beberapa kasus indisiplioner peserta didik. Karena dengan menempatkan kepada peserta didik untuk melatih mempertanggungjawabkan perilaku serta memberikan dukung menemukan solusi atas permasalahannya secara mandiri agar peserta didik memiliki motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.

5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Jawaban : Menurut saya sekolah saya sudah menerapkan budaya positif, hal itu diwujudkan dengan kegiatan kegiatan budaya positif seperti apel bersama, sholat berjamaah bersama dan hal hal kolaboratif lainnya yang dapat membentuk karakter budaya positif. Hal yang perlu kembangkan lebih lanjut yaitu terkait sosialisasi nilai kebajikan yang harus dimiliki setiap anak serta keyakinan kelas, karena keyakinan kelas ini masih baru bagi teman-teman guru di sekolah dan belum paham perbedaan antara aturan kelas dan keyakinan kelas. Selanjutnya hal yang perlu diperbaiki yaitu terkait posisi kontrol, selama ini masih berada pada posisi penghukum, pembuat rasa bersalah, dan teman kedepan saya berkeinginan berada posisi sebagai manager dalam menyelesaikan masalah pada anak.

6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang?Apa perbedaannya? 

Jawaban : Sebelum saya mempelajari modul posisi kontrol, posisi saya yang sering saya terapkan ketika berinteraksi dengan siswa adalah sebagai penghukum dan pembuat rasa bersalah. Perasaan saya saat itu merasa 2 hal itu merupakan cara yang sudah benar dan terbaik karena selama ini semasa sekolah dan awal menjadi seorang guru hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang menjadi budaya. Selain itu cara yang saya terapkan kadang membuahkan hasil, tetapi lebih banyak gagal bahkan peristiwa yang sama terulang kembali alias bersifat sementara. Setelah mempelajari teori posisi kontrol posisi yang saya gunakan yaitu sebagai pemantau dan manager, perasaan yang saya alami yaitu saya menjadi lebih tenang, siswa lebih mudah menerima dan sadar tentang kesalahan yang dia perbuat sehingga siswa menjadi tergerak hatinya untuk berubah dari dalam dirinya sendiri, bukan dari paksaan atau rangsangan dari luar. Perbedaan yang paling menonjol yaitu tentang peristiwanya, jika kita memposisikan diri sebagai penghukum, maka perubahan siswa hanya bersifat sementara, sedangkan ketika kita memposisikan diri sebagai manager, maka siswa akan tergerak hatinya untuk berbuat dan memperbaiki kesalahan dan perubahan tersebut tidak bersifat sementara.

7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Jawaban : Sebelumnya saya sudah melakukan langkah segitiga restitusi namun tidak secara urut dan benar, dalam hal ini saya melakukan hanya sebatas memvalidasi tindakan yang salah yang dilanjutkan dengan proses menghukum, sehingga 2 langkah segitiga restitusi yang lainnya tidak dilakukan.

8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Jawaban : Selain filosofi Ki Hajar dewantara, budaya positif juga berkaitan erat dengan nilai dan peran guru penggerak serta visi guru penggerak. Peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid sangat perlu dilakukan. Selain itu Peran sebagai pemimpin pembelajaran adalah memberikan lingkungan dan kondisi yang menyenangkan bagi siswa, melalui keyakinan kelas akan menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar, tidak hanya berpedoman pada aturan kelas.

Hal itu terjadi karena keyakinan kelas dibuat oleh seluruh warga kelas dan disepakati secara bersama. Selain siswa lebih merasa nyaman dibandingkan dengan peraturan kelas yang penuh dengan hukuman dan sangsi. Selain melalui keyakinan kelas, restitusi dapat mendidik siswa untuk mandiri dan bertanggung jawab untuk mengatasi masalahnya sesuai dengan keyakinan sekolah yang diyakininya sudah dipahami oleh siswa. Dengan menciptakan budaya positif dimana guru berperan sebagai manajer dalam menghadapi murid, sehingga murid mampu menjadi manajer bagi dirinya sendiri. Tindakan sebagai penghukum juga harus segera ditingkatkan menjadi manager, dengan mengurangi posisi kita sebagai penghukum maka siswa akan jadi lebih nyaman dalam menjalani kegiatan belajar mengajar, selain itu budaya positif juga akan dapat mudah terlaksana jika mendapat dukungan dari semua pihak warga sekolah.

Demikian pemaparan tentang koneksi antar materi pada modul 1.4 Budaya Positif, selanjutnya kita akan melihat tabel rencana aksi langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Rencana tersebut dituangkan dalam tabel berikut ini. 





Tidak ada komentar: